Hari itu tepatnya Selasa, 3 Oktober 2021, di mana seharusnya waktunya saya mengajar, ternyata saya harus pergi bersama rekan-rekan dosen lain dari kampus ke Lido untuk bertemu dengan Bapak kades dan para stake holder Desa Wisata Wates Jaya. Apa boleh buat, tugas dosen memang tak hanya mengajar, tetapi ada juga tugas untuk melakukan penelitian dan juga pengabdian pada masyarakat.
Karena itu, dengan berat hati hari itu kelas terpaksa diliburkan, baik kelas pagi maupun malam. Saya rasa itu jauh lebih baik, daripada saya harus mencuri-curi waktu dalam perjalanan maupun saat meeting untuk mengajar yang tentunya akan sulit dilakukan, dan juga itu bukan pembelajaran yang bagus kan?
Undangan dari para stake holder maupun Pak Kades, kami dengar adalah ngopi bersama sambil membahas program pendampingan tahap kedua. Jadi saya pikir tadinya acara akan berlangsung di hotel MNC Lido. Ehh ... tidak tahunya mereka sudah menyiapkan tempat di rumah makan terapung Yuliana Lido. Baiklah ... siapa takut?
Selama ini mondar-mandir ke Desa Wates Jaya, biasanya memang melewati rumah makan itu. Tapi belum pernah masuk ke dalamnya. Dari luar sepertinya biasa saja. Ternyata setelah berada di dalam baru terasa suasananya yang berbeda. Kebetulan untuk menuju tempat makan yang dipilih, kami harus menaiki sebuah perahu yang di tengah-tengahnya ada mejanya.
Saat itu pelayan restoran meletakkan minuman kami di atas meja, saya pikir asyik juga berperahu sambil ngupi-ngupi begini. Tak lama kemudian, kami pun mencapai ruangan yang sudah dipesan untuk rapat. Kami pun memulai meeting, membicarakan langkah-langkah yang ingin dicapai di masa depan, hingga waktunya makan siang. Usai meeting, kami sempat di ajak berkeliling menaiki perahu yang ada mejanya tadi.
Ternyata meja itu memang gunanya untuk meletakkan makanan dan minuman, sehingga pengunjung restoran dapat menikmati makanannya sambil berperahu menikmati pemandangan di sepanjang danau. Meskipun durasi waktunya tidak lama, tetapi pemandangan alam di sepanjang danau cukup menyenangkan, asri, penuh dengan pepohonan yang rindang, dan cukup menyegarkan mata.
Pengalaman sensasionalnya, kami melewati sebuah rumah kuno peninggalan jaman Belanda yang terletak di tepi danau Lido. Bangunan berwarna putih dengan gaya arsitektur khas Belanda itu terlihat masih bagus, dari jauh tapinya, entah kalau dilihat dari dekat, mungkin baru terlihat puing-puingnya.
Dari Google, saya mendapat informasi bahwa bangunan itu bernama Gedung Papak. Kabarnya dulu adalah penginapan warga Belanda, sebelum ditinggalkan lalu menjadi tidak terawat. Menurut sejarahnya, ketika Ratu Wilhelmina dari Belanda datang berkunjung, beliau memang beristirahat di Danau Lido.
Entah mengapa bangunan itu tak lagi dimanfaatkan, padahal melihat bentuknya yang kuno dan antik tentunya akan menarik bila dimanfaatkan sebagai restoran atau mungkin penginapan. Namun ketika kami melewati tempat itu, suasananya memang agak-agak berbau misteri. Tak heran jika ada orang yang bilang suka ada penampakan di situ.
Danau Lido sendiri pun menyimpan cerita yang tak kalah misterius, karena kabarnya Danau itu dihuni ular dan buaya putih. Benar atau tidak cerita itu ... Wallahu Allam ... yang pasti dengan suasana dan cerita seperti itu, danau lido dengan rumah kuno itu memang paling cocok dijadikan tempat setting acara uji nyali. Atau bagi mereka yang senang membuat paket acara jalan-jalan ke tempat angker, rugi kalau sampai melewatkan danau Lido.
Mendekati pintu keluar restoran, perahu melewati banyak sekali karamba yang kabarnya disewakan. Setiap karamba bisa diisi dengan banyak ikan. Pada umumnya ikan yang dipelihara di situ adalah ikan Mas. Sewaktu makan tadi kami memang sempat menikmati hidangan ikan yang dimasak asem manis dan diberi bumbu pecel. keduanya enak dinikmati dengan hidangan khas Sunda lainnya.
Kami tidak lama di situ, karena harus kembali mengadakan meeting di tempat lain untuk membahas program berikutnya, yang akan segera dijalankan beberapa bulan ke depan. Dengan begitu berakhirlah piknik dadakan yang sungguh tak disengaja ini. IN
Komentar
Posting Komentar